Notification

×

Iklan

Iklan


Makanan Mubazir di Indonesia Capai Rp 500 Triliun Per Tahun

Jumat, 25 April 2025 | April 25, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-25T07:30:15Z
Faktaberita24.com  - Makanan mubazir atau makanan sisa yang terbuang di Indonesia mencapai 500 Triliun per tahun.

Makanan mubazir dalam bahasa Indonesia berarti makanan yang dibuang atau dibiarkan terbuang, hal itu merupakan sebuah tindakan pemborosan yang tidak patut dicontohkan.

Dilansir dari Harianreportase.com, Jum'at (27/4/2025), Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono, mengungkapkan bahwa Indonesia mendapat peringkat keempat dalam kategori sampah pangan atau food loss and waste. 

Hal ini berdasarkan diskusi bersama Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2023 lalu. 

"Di Indonesia ini tingkat pemborosan atau disebut sebagai food loss and waste itu mencapai angka yang cukup besar, dan kita berdasarkan diskusi dengan FAO pada 2 tahun yang lalu di Italia dan di Thailand itu bahwa Indonesia menduduki ranking keempat," ungkap Mardiono di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (24/4/2025).

Mardiono menyebut nilai food loss and waste di Indonesia bisa mencapai Rp 500 triliun per tahun. 

"Kerugian ekonomi nasional kita itu akibat pemborosan itu angkanya cukup dramatis, yaitu mencapai Rp 500 triliun per tahun akibat pemborosan itu," ungkap Mardiono.

Adapun food loss adalah pangan yang terbuang saat proses produksi. Misalnya sayuran atau buah yang masih mentah namun sudah tak bisa diolah sehingga dibuang.

Sedangkan food waste merupakan pangan dalam bentuk konsumsi yang terbuang. Biasanya food waste terjadi di tingkat retail dan konsumsi. 

Mardiono menilai hal ini merupakan bentuk pemborosan. 

Ia pun menyorot tradisi masyarakat Indonesia yang kerap menyisakan makanan namun tidak dikonsumsi. 

"Itu yang terjadi ada tradisi masyarakat kita kalau makan ini adalah prasmanan di berbagai even, apakah kita rapat, kemudian hajatan, dan sebagainya, makannya prasmanan, kemudian kalau ngambil banyak, kemudian nanti tidak dihabiskan," kata dia.

"Dan juga makanan-makanan yang biasa kita di restoran, kemudian kita di warung, kita ordernya banyak tetapi tidak dihabiskan, kemudian itu nanti dibuang," imbuh Plt Ketum PPP ini. 

Dia sangat menyayangkan sikap mubazir tersebut. Oleh karenanya, ia mengimbau agar masyarakat juga mendapat edukasi untuk hidup hemat. 

Lebih lanjut, ia mencontohkan restoran di Jepang yang memberikan notifikasi kepada pelanggan agar menghabiskan makanan. Jika tidak, para pembeli akan mendapatkan sanksi membayar lebih. 

"Banyak restoran di Jepang yang kalau mensodorkan menu makanan itu di situ sudah mencantumkan bahwa yang dimakan nanti harus dihabiskan sampai habis. Kalau tersisa, dia akan dikenakan penalti bill, ya ada yang 25 persen, ada yang sampai 30 persen," tuturnya.

Mardiono pun berharap hal serupa dapat diterapkan juga di Indonesia dengan adanya regulasi tertentu. 

Namun, lanjut dia, saat ini hal tersebut akan dilakukan sosialisasi lebih dahulu. 

"Mungkin di Indonesia juga perlu nanti ya dengan regulasi itu ke depan, tapi ini melalui sosialisasi dulu sehingga meningkatkan produktivitas pangan melalui nanam, gerakan nanam, dan sebagainya, tetapi juga dibarengi dengan hidup hemat," ujar Mardiono.
×
Berita Terbaru Update